JAKARTA (Lampost.co) - Indonesia mengembangkan pesawat tanpa awak, medium altitude long endurance (MALE),
yang memiliki ketahanan terbang hingga 24 jam tanpa henti dengan
jangkauan jelajah operasi 5.000 kilometer. "MALE dapat digunakan pada
ketinggian di atas 10 ribu kaki hingga 30 ribu kaki, pesawat tanpa awak
ini didesain dapat terbang 24 jam tanpa henti," kata Program Manager
Pesawat Terbang Tanpa Awak PT Dirgantara Indonesia, Bona P Fitrikananda,
di Jakarta, Senin (21/8/2017).
Pesawat ini nantinya dilengkapi sistem pilot sesuai misi. Dalam misi pemantauan, misalnya, pesawat akan dilengkapi dengan kamera elektro optikal infra merah. Kebutuhan awal pesawat ini adalah untuk misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian, baru selanjutnya untuk kebutuhan pertahanan dengan misi tempur bersenjata.
"Pesawat ini diharapkan dapat dipersenjatai sehingga dapat melakukan penindakan awal sehingga pesawat ini dapat menunaikan misi yang ditetapkan oleh pengguna, yaitu TNI AU. Tentu saja pengembangannya ini akan dilakukan secara bertahap," ujar Bona.
Pesawat tanpa awak ini seluruhnya dibuat oleh putra-putri Indonesia dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri dalam bidang teknologi pengawasan. "Selama ini ketergantungan kita sangat tinggi, padahal kita memiliki putra-putri yang menguasai bidang teknologi materiel, juga proses citra melalui pemotretan udara. Namun, selama ini masih berpencar, kami berupaya untuk menyatukannya," kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Wahyu Widodo Pandoe.
Pengembangan program ini dilakukan oleh BPPT bersama Kementerian Pertahanan dengan ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra dalam pembuatan pesawat, integrasi, dan komersialisasi, serta PT LEN sebagai pengembang sistem kendali dan muatan.
Sumber : Lampost.co, SAI 100 FM
Pesawat ini nantinya dilengkapi sistem pilot sesuai misi. Dalam misi pemantauan, misalnya, pesawat akan dilengkapi dengan kamera elektro optikal infra merah. Kebutuhan awal pesawat ini adalah untuk misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian, baru selanjutnya untuk kebutuhan pertahanan dengan misi tempur bersenjata.
"Pesawat ini diharapkan dapat dipersenjatai sehingga dapat melakukan penindakan awal sehingga pesawat ini dapat menunaikan misi yang ditetapkan oleh pengguna, yaitu TNI AU. Tentu saja pengembangannya ini akan dilakukan secara bertahap," ujar Bona.
Pesawat tanpa awak ini seluruhnya dibuat oleh putra-putri Indonesia dan diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada luar negeri dalam bidang teknologi pengawasan. "Selama ini ketergantungan kita sangat tinggi, padahal kita memiliki putra-putri yang menguasai bidang teknologi materiel, juga proses citra melalui pemotretan udara. Namun, selama ini masih berpencar, kami berupaya untuk menyatukannya," kata Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa, Wahyu Widodo Pandoe.
Pengembangan program ini dilakukan oleh BPPT bersama Kementerian Pertahanan dengan ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra dalam pembuatan pesawat, integrasi, dan komersialisasi, serta PT LEN sebagai pengembang sistem kendali dan muatan.
Sumber : Lampost.co, SAI 100 FM