Jakarta (Lampost.co) -- Musim kemarau
sepanjang tahun 2017 diperkirakan masih dalam keadaan normal. Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat saat ini cuaca
masih berada pada puncak musim kemarau.
"Terkait kekeringan tahun ini tahun normal, pengertiannya tidak sekering tahun 2015 dan tidak sebasah tahun 2016," kata Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko dalam program Metro Pagi Primetime, Rabu 30 Agustus 2017.
Indikator perkiraan cuaca tersebut dilakukan dengan memperhatikan parameter suhu muka laut. Menurut Hary, musim kemarau hanya akan berlangsung tiga bulan pada Juli, Agustus dan September.
"Suhu muka laut suplai dari Utara dan Selatan mengindikasikan tahun ini tahun normal," kata Hary.
Hary menuturkan, peredaran musim kemarau di Indonesia tidak bisa disamaratakan dengan kondisi kekeringan yang terjadi beberapa wilayah di Pulau Jawa. Ia memastikan cuaca akan berbeda dari daerah bagian Selatan dengan daerah di bagian Utara Khaltulistiwa. (Berita SAI Lainnya)
"Makanya ada beberapa wilayah mengalami banjir seperti di Kalimantan Selatan, karena tipe hujannya berbeda. Terlalu cepat menyimpulkan kalau tahun 2017 ini terjadi anomali cuaca," pungkas Hary.
"Terkait kekeringan tahun ini tahun normal, pengertiannya tidak sekering tahun 2015 dan tidak sebasah tahun 2016," kata Kepala Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko dalam program Metro Pagi Primetime, Rabu 30 Agustus 2017.
Indikator perkiraan cuaca tersebut dilakukan dengan memperhatikan parameter suhu muka laut. Menurut Hary, musim kemarau hanya akan berlangsung tiga bulan pada Juli, Agustus dan September.
"Suhu muka laut suplai dari Utara dan Selatan mengindikasikan tahun ini tahun normal," kata Hary.
Hary menuturkan, peredaran musim kemarau di Indonesia tidak bisa disamaratakan dengan kondisi kekeringan yang terjadi beberapa wilayah di Pulau Jawa. Ia memastikan cuaca akan berbeda dari daerah bagian Selatan dengan daerah di bagian Utara Khaltulistiwa. (Berita SAI Lainnya)
"Makanya ada beberapa wilayah mengalami banjir seperti di Kalimantan Selatan, karena tipe hujannya berbeda. Terlalu cepat menyimpulkan kalau tahun 2017 ini terjadi anomali cuaca," pungkas Hary.